THEKNOLOFGI TERBARU

| Sabtu, 18 Desember 2010 | 0 komentar |
BlackPad Tablet RIM BlackBerry OS QNX. Kabar mengenai Blackpad tablet terbaru dari Research in Motion (RIM), yang seharusnya berfungsi sebagai smartphone utama terhubung ke Internet melalui BlackBerry. Hal ini diasumsikan bahwa namanya BlackPad, dengan konfigurasi teknis sebagai berikut: 9,7
inch layar, WiFi dan Bluetooth.

BlackPad Tablet RIM BlackBerry OS QNX

RIM Blackberry Blackpad Tablet
Menurut sumber, RIM BlackBerry BlackPad tablet merupakan OS khusus yang dirancang oleh QNX Software Systems. QNX adalah perusahaan yang diakuisisi oleh RIM pada bulan April 2010 dan spesialisasi dalam sistem komunikasi untuk navigator dalam mobil. Lihat Video RIM Blackberry BlackPad tablet terbaru.

Namun, QNX dapat menciptakan sebuah merek OS baru dan asli, dalam upaya untuk membedakan Blackpad dari para pesaingnya. Kemungkinan untuk menciptakan aplikasi mobile, BlackPad tablet harus terkait erat dengan layanan RIM BlackBerry, terutama dengan pesan sistem, tetapi harus melengkapi Blackberry OS 6.

Menurut informasi, Research in Motion (RIM) akan memperkenalkan Blackberry BlackPad tablet terbaru ini pada bulan November 2010. Tapi sayangnya tidak menyebutkan secara eksplisit, kita tunggu info spesifikasi BlackPad Tablet RIM BlackBerry OS QNX lengkapnya. Sumber terkait RIM Blackberry 
BlackPad Tablet.

Tags : Blackberry BlackPad Tablet,  Blackberry OS 6,  BlackPad Blackberry,  QNX Operation System,  Research in Motion Blackberry,  RIM Blackberry,  RIM Blackberry BlackPad Tablet,  Touch Screen 9.7 inci,  Video RIM Blackberry BlackPad Tablet, 

KESAN DALAM MENJALANI UJIAN AKHIR SEMESTER

| | 0 komentar |

6 bulan lamanya saya menjalani pelajaran yang membosankan setiap hari.akhirnya, ujian akhir semester pun di mulai. Dengan penuh derita dan beban saya menjalaninya. Ujian tahun ini terkesan sangat membosankan tetapi, saya sangat santai dalam menjalaninya . tiap hari saya isi dengan bermain, belajar pun saya lupakan .
Bermain,bermain dan bermain yang setiap hari saya lakukan. Pada saat ulangan berakhir saya pun senang sekali . tetapi seperti biasalah akhirnya saya kebingungan juga akan tugas yang belum saya kumpulkan dan belum lagi remidi-remidi yang membodohkan semua manusia itu .
Mau tidak mau saya harus mengerjakan remidi dan tugas-tugas akhir saya. Dengan penuh rasa kebingungan dan berat pikiran saya menjalani remidi tersebut. Setelah remidi demi remidi yang saya lalui telah usai saya pun menghilangkan penat saya yang telah memburamkan pikiran saya.
Berkumpul bersama teman-teman adalah suatu cara untuk menghilangkan penat saya, dan menjernihkan pikiran saya. Mengobrol bercanda dan berbagi cerita itu hal yang penting untuk menghilangkan penat. Akhirnya saya lega akan selesainya ujian ini.alhamdulillah!
Kesimpulannya ujian tahun ini sangat menguras tenaga dan pikiran. Semua yang saya jalani adalah suatu hikmah di dalam derita. Saya sangat lega, akhirnya ujian selesai. Saya bersyukur!

Remidi TIK Postingan

| | 0 komentar |
Sebenere rodok males aku nulis postingan iki. Sangking ae aku remidi TIK, malih d kongkon nulis postingan. Lek mek 1 gpp ., lha 3 e . . Hadadadah . . . . 

Langsung ae wes. Postingan iki tak tujukno gawe guru ku seng nggregetno. Seng lek ngajar gak enak. Murid e sek gak paham d jarno ae. Mentang” wes pinter a, padahal y sek pinteran guru les ku.

Mosok plajaran angel d trangno cedek” ujian, iku ae gak sampe mari. Trus pas onok seng gak mudeng, murid e d kongkon takok koncone. Padahal y podo” gak ngerti e. Trus lek ngeke’i tugas gak karuan pisan. Murid e ujian harian entuk elek d jarno.

Trus ujian harian y kurang 1. Ngnu janjian ujian gak d tepati. Malah ngluyur karepe dewe. Ckckckckck

Sangking gak oleh nyebut merk rekk. Kasus Prita terulang maneh engkq. Hahahaha
Wes y, masio titik tapi seng penting tugas wes mari. Hamdalah . . .

SCENE MALANG

| Minggu, 10 Oktober 2010 | 0 komentar |
Scene Malang
Kota berhawa dingin yang ditempuh sekitar tiga jam perjalanan dari Surabaya ini ternyata memiliki scene rock underground yang “panas” sejak awal dekade 90-an. Tersebutlah nama Total Suffer Community(T.S.C) yang menjadi motor penggerak bagi kebangkitan komunitas rock underground di Malang sejak awal 1995. Anggota komunitas ini terdiri dari berbagai macam musisi lintas-scene, namun dominasinya tetap
saja anak-anak metal. Konser rock underground yang pertama kali digelar di kota Malang diorganisir pula oleh komunitas ini. Acara bertajuk Parade Musik Underground tersebut digelar di Gedung Sasana Asih YPAC pada tanggal 28 Juli 1996 dengan menampilkan band-band lokal Malang seperti Bangkai (grindcore), Ritual Orchestra (black metal),Sekarat (death metal), Knuckle Head (punk/hc), Grindpeace (industrial
death metal), No Man’s Land (punk), The Babies (punk) dan juga band-band asal Surabaya, Slowdeath (grindcore) serta The Sinners (punk).
Beberapa band Malang lainnya yang patut di beri kredit antara lain Keramat, Perish, Genital Giblets, Santhet dan tentunya Rotten Corpse. Band yang terakhir disebut malah menjadi pelopor style brutal death metal di Indonesia. Album debut mereka yang
bertitel “Maggot Sickness” saat itu menggemparkan scene metal di Jakarta, Bandung, Jogjakarta dan Bali karena komposisinya yang solid dan kualitas rekamannya yang top notch. Belakangan band ini pecah menjadi dua dan salah satu gitaris sekaligus pendirinya, Adyth, hijrah ke Bandung dan membentuk Disinfected. Di kota inilah lahir untuk kedua kalinya fanzine musik di Indonesia. Namanya Mindblast zine yang
diterbitkan oleh dua orang scenester, Afril dan Samack pada akhir 1995. Afril sendiri merupakan eks-vokalis band Grindpeace yang kini eksis di band crust-grind gawat, Extreme Decay. Sementara indie label pionir yang hingga kini masih bertahan serta tetap produktif merilis album di Malang adalah Confused Records

SCENE BALI

| | 0 komentar |
Scene Bali
Berbicara scene underground di Bali kembali kita akan menemukan komunitas metal sebagai pelopornya. Penggerak awalnya adalah komunitas 1921 Bali Corpsegrinder di Denpasar. Ikut eksis di dalamnya antara lain, Dede Suhita, Putra Pande, Age Grindcorner dan Sabdo Moelyo. Dede adalah editor majalah metal Megaton yang terbit di
Jogjakarta, Putra Pande adalah salah satu pionir webzine metal Indonesia
Corpsegrinder (kini Anorexia Orgasm) sejak 1998, Age adalah pengusaha distro yang pertama di Bali dan Moel adalah gitaris/vokalis band death metal etnik, Eternal Madness yang aktif menggelar konser underground di sana. Nama 1921 sebenarnya diambil dari durasi siaran program musik metal mingguan di Radio Cassanova, Bali yang
berlangsung dari pukul 19.00 hingga 21.00 WITA.
Awal 1996 komunitas ini pecah dan masing-masing individunya jalan sendiri-sendiri. Moel bersama EM Enterprise pada tanggal 20 Oktober 1996 menggelar konser underground besar pertama di Bali bernama Total Uyut di GOR Ngurah Rai, Denpasar. Band-band Bali yang tampil diantaranya Eternal Madness, Superman Is Dead, Pokoke, Lithium, Triple Punk, Phobia, Asmodius hingga Death Chorus. Sementara band- band luar Balinya adalah Grausig, Betrayer (Jakarta), Jasad, Dajjal, Sacrilegious, Total Riot (Bandung) dan Death Vomit (Jogjakarta). Konser ini sukses menyedot sekitar 2000 orang penonton dan hingga sekarang menjadi festival rock underground tahunan di sana. Salah satu
alumni Total Uyut yang sekarang sukses besar ke seantero nusantara adalah band punk asal Kuta, Superman Is Dead. Mereka malah menjadi band punk pertama di Indonesia yang dikontrak 6 album oleh Sony Music Indonesia. Band-band indie Bali masa kini yang stand out di antaranya adalah Navicula, Postmen, The Brews, Telephone, Blod Shot Eyes
dan tentu saja Eternal Madness yang tengah bersiap merilis album ke tiga mereka dalam waktu dekat.
Memasuki era 2000-an scene indie Bali semakin menggeliat. Kesuksesan S.I.D memberi inspirasi bagi band-band Bali lainnya untuk berusaha lebih keras lagi, toh S.I.D secara konkret sudah membuktikan kalau band ..putera daerah’ pun sanggup menaklukan kejamnya industri musik ibukota. Untuk mendukung band-band Bali, drummer S.I.D, Jerinx dan beberapa kawannya kemudian membuka The Maximmum Rock N’ Roll Monarchy (The Max), sebuah pub musik yang berada di jalan Poppies, Kuta. Seringkal

P.U.N.K JALANAN

| | 0 komentar |


JALANAN… KEHIDUPAN ATAU PELARIAN

Kategori: anak punk, band indie, komunitas punk dan marjinal
Tags: anak band, band punk, marjinal, musik punk
Sejak Marjinal bermarkas di Gang Setiabudi, Setu Babakan, Jakarta Selatan, dari hari ke hari kian banyak saja anak muda yang datang dan terlibat dalam program workshop. Selain membuka workshop cukil kayu dan musik, Marjinal mengusahakan distro sederhana. Sebuah lemari etalase diletakkan di beranda, menyimpan pelbagai produk Taringbabi; dari kaos, kaset, pin, stiker, emblem, zine sampai buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer. Di dinding didisplay puluhan desain kaos, di ruang tamu yang selalu riuh itu. Di tengah-tengah kotak display, ada gambar tengkorak yang berbarik sebagai ikon Taringbabi.

Para punker biasanya datang secara berkelompok. Biasanya mereka duduk-duduk di beranda depan, melepas penat, setelah seharian berada di jalanan, sambil asyik ngobrol dan bermain musik. Dengan ukulele (kentrung), gitar dan jimbe mereka menyanyikan lagu-lagu Marjinal. Bob dan Mike pun ikut nimbrung bernyanyi bersama. Mike memberitahu accord atau nada sebuah lagu, dan menjelaskan makna dari lirik lagu itu. Proses belajar dan mengajar, secara tidak langsung terjadi di komunitas, dengan rileks.

Sebagian besar anak-anak itu memilih hidup di jalanan, sebagai pengamen. Ada yang masih sekolah, banyak juga yang putus sekolah. Mereka mengamen untuk membantu ekonomi orangtua. Sebagian besar mereka berlatar belakang dari keluarga miskin kota, yang tinggal di kampung-kampung padat penduduk; Kali Pasir, Mampang, Kota, Matraman, Kampung Melayu, Cakung, Cengkareng, Cipinang dan lain sebagainya. Bahkan ada yang datang dari kota-kota seperti Medan, Batam, Serang, Bandung, Indramayu, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Denpasar, Makasar, Manado, dll. “Dengan mengamen mereka bisa bertahan hidup, dengan mengamen mereka bisa membiayai sekolah dan membantu belanja sembako untuk ibu mereka.,” kata Mike, aktifis Marjinal.

Jika sekilas memandang penampilan mereka, boleh dibilang sebagai punk: ada yang berambut mohawk, jaket penuh spike, kaos hitam bergambar band-band punk dengan pelbagai slogan anti kemapanan. Kaki mereka dibalut celana pipa ketat dan mengenakan sepatu boot, ada juga yang hanya bersandal jepit.

Bagi anak-anak jalanan itu, Marjinal bagaikan oase, mata air yang menyegarkan kehidupan dan hidup mereka, di tengah cuaca kebudayaan Indonesia yang masih memarjinalkan anak-anak miskin kota, seperti yang didedahkan lirik lagu Banyak Dari Teman-temanku berikut ini:

Banyak dari teman-temanku / Lahir dari keluarga miskin / Di mana engkau enggan melihatnya, disana tak sederhana / Tak ada lagi banyak pilihan / / Diantara bising kereta / Dan sudut-sudut kumuhnya pasar / Di bawah terik matahari, disana tak sederhana / Tersangkut tajamnya pagar berduri / / Pelajar yang putus sekolah / Perempuan dan pekerja kasar / Dibawah beban yang dipikulnya, mereka tak sederhana / Terjebak pilihan yang berbahaya / / Tidur beralas tikar, dingin beratap mimpi / Tapi semuanya sirna oleh kenyataan / Kepala jadi kaki, kaki jadi kepala / Disunat dipotong-potong dicincang-cincang / / Banyak dari teman-temanku yang hidup dijalan sana / Dimana kau tak merindukannya mereka kian tersiksa / Tergusur gagahnya gedung yang somse (sombong sekali ah!) / / Di balik tirai yang suram dan dipinggir keangkuhan / Bergelut dengan kegelapan tersungkur di kaki besi / Tertembus panasnya timah kebencian

***

Persoalan anak jalanan di kota-kota besar di negeri ini sudah lama diperbincangkan, mulai dari kampus, kelompok studi, sampai seminar di hotel berbintang lima. Namun, untuk mengurai persoalan ini tidak mudah sebab menyangkut perut banyak orang. Banyak oknum yang memeras anak jalanan.

Pada saat krisis ekonomi, jumlah anak jalanan melonjak 400 persen. Sedangkan Departemen Sosial, tahun 1998 memperkirakan, jumlah anak jalanan mencapai angka 170.000 anak. Anak jalanan, secara umum akan dibilang anak jalanan yang masih tinggal dengan orantuanya atau keluarganya dan anak jalanan yang benar-benar lepas dari keluarganya serta hidup sembarangan di jalanan. Usia mereka 6-15 tahun.

Kehidupan anak muda di jalan adalah satu subkultur. Sebuah subkultur selalu hadir dalam ruang dan waktu tertentu, ia bukanlah satu gejala yang lahir begitu saja. Kehadirannya akan saling kait mengait dengan peristiwa-peristiwa lain yang menjadi konteksnya. Untuk memudahkan kita memahami gagasan mengenai subkultur anak muda jalanan, mari mencermati peta antara hubungan anak muda dan orang tua, serta kultur dominan sebagai kerangkanya.